Bismillaahirrohmaaniirrohiimi
dibutuhkan kesabaran,
memang benar adanya...bahwa kadang2 sebagai orang tua kita merasa kurang sabar atau bahkan tidak sabar ketika merasa anak kita belum segera bisa mengenal warna, menulis, berhitung, membaca, mengaji serta hal2 yg lainnya, sementara kita merasa bahwa anaknya si A yg sekolah di sana sdh bisa ini itu dsb..dsb.
Padahal sebagai ortu kita sdh merasa berbuat banyak agar anak kita bisa segera melakukan ini dan itu seperti anak2 yg lain, di tengah2 kesibukan, keterbatasan waktu, keterbatasan wawasan dan bahkan mungkin juga ke-kurang perhatian kita.
Terkadang kita hanya mengedapankan ego sebagai ortu tanpa memperdulikan kebutuhan anak kita. Ini menjadi menarik karena kebutuhan anak(khususnya anak usia dini) tentu sangat berbeda dengan kebutuhan kita sbg ortu.
Kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan rasa nyaman
kebutuhan akan perhatian
kebutuhan akan waktu bermain
dan kebutuhan yang lainnya, dimana kadang2 kita hanya melihat dari sudut pandang sebagai orang tua tanpa memperdulikan apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan oleh anak kita.
Bahkan sebagai orang tua terkadang lupa bahwa masing2 anak itu memiliki ke-unik-an, kemampuan, kelebihan, kekurangan dan lain sebagainya, yang tentu saja satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Disinilah ternyata arti pentingnya PAUD Pelangi Nusantara dalam mengisi kekurangan kita sebagai ortu.
Sebagai lembaga pendidikan usia dini yang usianya juga masih tergolong dini, terus terang kami sangat berharap terhadap perannya dalam ikut membentuk karakter, perkembangan dan pertumbuhan anak kami. Karena banyak hal yg tidak bisa kami lakukan terhadap anak kami ketika seharian kami harus meninggalkan anak dan rumah untuk menjalankan Amanah mencari nafkah.
Bahkan ketidak sabaran kita kadang lebih dominan ketika merasa bahwa anak kita belum bisa seperti yang kita inginkan.
Situasi tersebut memang pernah kami alami, ketika kami merasa anak kami mas Fikri belum bisa mengenal warna dengan baik di usia 3 tahun. Melalui buku penghubungnya kami tanyakan bagaimana metode PN dalam mengenalkan warna kepada anak didik. Ternyata secara umum sama dengan yg kami sampaikan kepada anak.
Subhanallaah, ketidak sabaran kami terjawab beberapa minggu kemudian dengan konsistensinya anak kami menyebut warna-warna yang ada disekitarnya.
Demikian pula dgn mengenal huruf, meski hanya baru mengenal beberapa huruf... akhirnya ketidak sabaran kami juga terjawab ketika dengan tiba2 mas Fikri menyebut huruf F sebagai hurufnya (F-->Fikri) huruf S sebagai hurufnya mas Sidki serta huruf A sebagai hurufnya dik Anin dan Mbak Ainun, yg mereka semua adalah temannya di Pelangi Nusantara.
Sedangkan angka, saat ini mas Fikri belum secara konsisten mengenalnya, namun kami yakin pada saatnya nanti dia akan mampu mengenalnya dengan baik.
Kemarin malam..., kami merasa surprised ketika kami dengan merayu2 mencoba menanyakan apakah mas Fikri bisa menghafal Surat Al-Fatihah.
Ternyata....tanpa kami duga dia mampu melafalkannya secara urut meski harus dibantu di beberapa ayat tertentu utk awalannya.
Subhanallaah...kami benar2 merasa terharu karena sejauh ini kami memang belum merasa mengajarkan secara konsisten.
Dari semua yang kami sebutkan di atas, ternyata ada hal yang oleh team pendidik PAUD Pelangi Nusantara telah dilaksanakan dengan baik, yakni pendekatan personal dan kasuistik terhadap anak didik dengan pendidikan berbasis karakter.
Pendekatan personal dan kasuistik terhadap anak didik dengan
pendidikan berbasis karakter menjadi kunci utama dalam meng-eksplor perkembangan jiwa dan fisik anak agar bisa tumbuh dan berkembang selaras dengan usianya dalam suasana yang GEMBIRA.
Dengan pendekatan tersebut diyakini akan menstimulus kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan yang lainnya tanpa mengurangi hak anak akan kebutuhan bermain dan bergembira di usianya.
Dan pada akhirnya nanti mereka mampu bersaing dalam memasuki jenjang pendidikan selanjuntnya melalui PRESTASI bukan karena MATERI.
Semoga....Amin.
berikut adalah kutipan dari karya Kahlil Gibran tentang anak, sebagai bahan renungan:
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.
(dari ‘Cinta, Keindahan, Kesunyian’)
(sebuah catatan utk menumbuhkan optimisme kami)
0 comments:
Post a Comment