masih ada yang simpati & peduli

Wednesday, July 23, 2008 Posted by the fikre

Kemarin malam kami hendak ke Pudak Payung-Ungaran karena ada urusan & main ke rumah kakak di Sumur Rejo. Dengan supra x kami berangkat melalui jalur Sampangan – Gunung Pati via Unes : Univ Negeri Semarang yang biasa diplesetkan menjadi Univ Sekaran (karena letaknya berada di kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati Semarang).
Meskipun malam hari, tetapi kali ini kami lewat jalur yang agak sepi. Ternyata pilihan ini tidak pas dengan kondisi ban belakang supra x kami yang bertipe radial alias radi alus (profile/tekstur ban sudah mendekati hilang). Kenapa tidak pas? Ya karena jalur tersebut sepi, gelap dan tidak ada tukang tambal ban yang bisa membantu manakala ban pengendara gembes atau bocor. Sudah pilihan kami tidak pas, ditengah perjalanan tiba-tiba terlintas dipikiran saya ‘bagaimana bila tiba-tiba ban saya bocor?!?’.
Ternyata yang terakhir ini pas…kurang lebih 700m mendekati pertigaan Patemon…ban belakang supra x kami bocor… Karena situasi gelap dan sepi, saya putuskan utk tidak berhenti. Supra X tetap kami pacu dengan kecepatan sebisanya...mengingat laju motor kami menjadi tidak seimbang dengan sedikit bantingan ke kiri-kanan dan goyangan naik turun. “Lebih baik tetap kita kendarai meskipun resikonya “ban dalamnya” nanti jebol, dari pada kita jalan ditengah kegelapan dan kesunyian” ucapku pada anak isteriku. Isteri dan anakku terdiam…mungkin karena dicekam ketakutan. Untuk menetralisir suasana aku melanjutkan untuk mengajak ngobrol mereka, kemudian istrikupun bilang ke mas Fikri : “mas..bannya bocor, jadi jalannya motor goyang-goyang dan pelan-pelan”. Mas Fikripun menjawab : “sudah tahu kok ma”
Kurang lebih 15 menit kemudian, kami sampai di pertigaan Patemon,..ternyata tidak ada tukang tambal ban. Tetapi hilir mudik motor&mobil masih cukup ramai. Kemudian kami melanjutkan perjalanan, sambil melihat kiri-kanan untuk mencari tukang tambal ban yang masih buka. Sepintas aku melihat mobil Avanza Hitam yang dengan pelan-pelan menyalip dan berhenti -/+100 meter di depan kami. Perlahan tapi pasti, kamipun berhasil melewati mobil yang lagi berhenti itu tanpa menghiraukan kenapa mobil itu berhenti setelah melewati kami.
Beberapa saat kemudian, ternyata Avanza Hitam itu dengan pelan-pelan mengiringi kami dan spasang muda-mudi terlihat di dalamnya. Tiba-tiba mereka menawarkan diri untuk mengantarkan anak-isteriku karena peduli kepada anak kami mas Fikri. “Ibu..mari kami antar…..kasihan anaknya” sapa si pemudi. Sambil tetap berjalan...kami spontan menjawab tidak usah…terimakasih, dengan gerakan tangan serta seulas senyuman.
Akhirnya Avanza Hitam itu perlahan2 menjauh dari pandangan dan aku tidak sempat menghafal plat nomornya karena silau oleh lampu mobil dan penerangan jalan.
Alhamdulillah, tidak lama kemudian setelah melewati kuburan Patemon, ada tukang tambal ban yang lagi punya satu pasien. Singkat kata, problema kami terselesaikan tanpa harus mengganti ban dalam, meski sudah kami paksakan dengan tetap kami kendarai kira2 sepanjang 1.5 Km.
Yang membekas dalam diri kami adalah:“Ternyata masih ada orang yang peduli selagi kami dalam ketidaknyamanan di perjalanan”.
Siapapun sepasang muda-mudi, suami isteri, atau adik-kakak yang mengendarai mobil Avanza Hitam ber-plat H ???? ??, kami mengucapkan terimakasih atas simpati dan rasa pedulinya kepada kami. Semoga Tuhan YME senantiasa melindungi dan menyayangi Anda&keluarga. Amin. Alangkah indahnya hidup ini seandainya lebih banyak lagi orang2 yang seperti mereka.
dari keheningan lembah sekaran
postingan ini dipublikasikan

0 comments: